DIBENARKAN KARENA IMAN, DALAM PERJANJIAN LAMA

indonesia flag

Renungan Mingguan

Roma 4:1-12

Rasul Paulus adalah tokoh Perjanjian Baru yang terdidik dalam era Perjanjian Lama, dan memahami sekali pengajaran Perjanjian Lama, sehingga sangat mendukung ajaran yang telah diteguhkan juga dalam Perjanjian Baru, bahwa seseorang dibenarkan atau diselamatkan bukan karena usaha, melainkan oleh iman. Paulus mengambil contoh dari tokoh Perjanjian Lama, yaitu: Abraham dan Daud. Dari segi waktu, Abraham hidup jauh sebelum Musa, jadi berarti sebelum ada Hukum Taurat, dan Kitab Suci mengatakan bahwa Abraham dibenarkan karena percaya dan melangkah berdasarkan janji Allah (3). Ini adalah anugerah dan bukan upah (4). Sunat adalah tanda percaya, sebagaimana kita pada saat ini, yaitu baptisan air. Daud juga diampuni dosa dan pelanggarannya karena iman dan pertobatannya (7,8), sehingga prinsip Injil sudah diberlakukan dalam kedua tokoh Perjanjian Lama ini. Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru satu kesatuan.
Iman harus sejalan dengan pertobatan, Abraham percaya, maka ia bertindak dan berjalan sesuai dengan panggilan dan ketaatan kepada FirmanNya (Kej. 12:1-3). Ketika ia ragu terhadap janji untuk mendapatkan keturunan, ia tetap teguh mempercayai janji FirmanNya dan inilah yang diperhitungkan sebagai kebenaran (Kej. 15:16). Nabi Natan menegur dosa Daud (2 Sam. 12), ia dapat menerima teguran itu dari Tuhan inilah iman dan ditindaklanjuti dengan bertobat (Maz. 51), yaitu menyesal dan mengakui dosanya, inilah perbuatan. Perbuatan yang didasari iman, kemudian pengalaman iman ini dibagikan kepada orang percaya (Maz. 32:1-2)
Iman Abraham mendahului sunat, jadi realitas harus mendahului ritual, karena atas dasar imannya, Abraham menerima sunat sebagai materai pembenaran dari Allah (10-11). Abraham Bapak semua orang percaya, bukan Bapak semua orng bersunat. ALlah membuka kesempatan kepada orang bersunat maupun yang tidak bersunat untuk memiliki persekutuan dengan diriNya secara benar, sebab dengan percaya kepada Yesus Kristus kita diampuni, dimana pelanggaran dan dosa kita tidak diperhitungkan lagi oleh Allah (7-8), maka kita disebut “Berbahagia” (6). Hanya kebahagiaan kita harus tercermin dri sikap dan tindakan yang senantiasa memuliakan Allah dan menjadi saluran berkat dan kesaksian bagi setiap orang, agar mereka dapat datang dan percaya.

RENUNGKAN: Kita selamat karena iman bukan karena perbuatan, namun demikian iman kita harus menghasilkan perbuatan yang baik, supaya setiap orang mengenal Bapa yang baik dan percaya kepadaNya.

(oleh: Pdt. Sadikun Lie, MA., M.Th.)

Leave a comment